Minggu, 01 Januari 2012

minyak atsiri


Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi. (Anonim, 2011)
Oleoresin adalah campuran komplek yang diperoleh dengan ekstraksi, konsentrasi (pemekatan) dan stansarisasi minyak esensial (minyak atsiri) dan komponen non volatil (tidak menguap) dari rempah-rempah, biasanya dalam bentuk cairan kental atau pasta. Sedangkan minyak atsiri atau minyak esensial adalah fraksi volatil yang diperoleh dari proses destilasi rempah-rempah dan bagian tanaman lain.
Minyak atsiri merupakan suatu produk alam yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik da-lam obat-obatan, rokok, kosmetika, ba-han pewangi, farmasi, aroma makanan dan minuman, permen, aromaterapi, bahan pengawet maupun sebagai bahan pestisida (Narpati, 2000). Di Indonesia terdapat kurang lebih 50 jenis tanaman yang mengandung minyak atsiri, namun baru 14 jenis tanaman yang sudah diusahakan secara komersial dan men-jadi komoditas ekspor antara lain minyak nilam, minyak seraiwangi, minyak akarwangi, minyak kenanga, minyak cendana, minyak pala, minyak daun cengkeh, minyak kayu putih dan minyak massoi (Rusli, 2002)..
Setiap minyak atsiri mempunyai sifat-sifat yang berbeda antar satu dengan yang lainnya. Sifat khas suatu minyak atsiri dibentuk oleh komposisi senyawa-senyawa kimia yang dikandungnya dan biasanya dinyatakan dalam sifat organoleptik dan sifat fisika kimia. Sifat organoleptik minyak atsiri dinyatakan dengan warna dan aroma. Sedangkan sifat fisika kimia meliputi berat jenis, indeks bias, putaran optik, bilangan asam dan kelarutan dalam etanol 70%, bilangan asam, bilangan ester, serta komposisi senyawa kimia yang dikandungnya dapat dijadikan kriteria untuk menentukan tingkat mutu dari minyak (Anonim, 2006).
Kegunaan essential oil ini boleh dibilang sangat luas mulai sebagai bahan baku parfum, antiseptik, kosmetik, obat-obatan, flavour agent dalam makanan atau minuman, serta pencampur rokok kretek. Beberapa jenis di antaranya digunakan sebagai bahan analgesic, haemolitic atau sebagai antizymatic, serta sedavita dan stimulan untuk obat sakit perut.
Beberapa faktor penghambat perkembangan produksi minyak atsiri di Indonesia, yaitu, masih lemahnya modal dan penguasaan teknologi. Minimnya pengetahuan para perajin minyak atsiri seperti persyaratan dan ketentuan teknis dalam melakukan proses penyulingan minyak atsiri juga menjadi faktor penghambat. Begitu juga dengan penggunaan bahan dan peralatan yang kurang baik. Akibatnya, mutu minyak yang dihasilkan pun sering kali tidak begitu baik.
Beberapa permasalahan yang dapat diselesaikan oleh minyak atsiri antara lain, untuk mengatasi permasalahan emisi akibat pembakaran bahan bakar pada mesin diesel, seharusnya digunakan bahan bakar dengan cetana number yang tinggi (Sudrajad A, 2005). Cetana number dapat meningkat apabila proses pembakaran bahan bakar pada kendaraan bermesin diesel lebih optimal. Peningkatan mutu bahan bakar diesel dipengaruhi oleh dua hal, yakni parameter bahan bakar yang baik dan ketersediaan oksigen yang cukup. Parameter yang mempengaruhi kinerja bahan bakar diesel adalah kerapatan, kekentalan, titik anilin dan indeks diesel yang dimiliki oleh bahan bakar diesel tersebut (Callahan,1987).
Alternatif untuk meningkatkan efisiensi pembakaran bahan bakar dan mengurangi pencemaran adalah mereformulasi bahan bakar dengan zat aditif yang berfungsi untuk memperkaya kandungan oksigen dalam bahan bakar. Song (2001) dan Choi (1999) mengemukakan zat aditif „penyedia oksigen‟ pada bahan bakar solar berperan untuk meningkatkan bilangan setana (cetane number), sehingga pembakaran menjadi lebih sempurna.
Zat aditif terdiri dari dua macam, yaitu aditif sintesis (aditif buatan) dan bioaditif (berasal dari tumbuhan). Telah banyak penelitian dalam melakukan reformulasi bahan bakar ini. Terobosan yang semakin tajam dalam pemilihan aditif pada bahan bakar adalah aditif organik (bioaditif) yang berasal dari tumbuhan alam. Indonesia merupakan produsen utama beberapa minyak esensial, seperti Minyak Nilam (Patchouli Oil), Minyak Akar Wangi (Vertiver Oil), Minyak Sereh Wangi (Cintronella Oil), Minyak kenanga (Cananga Oil), Minyak Kayu Putih (Cajeput Oil), Minyak Sereh Dapur (Lemon Grass), Minyak Cengkeh (Cloves Oil), Minyak Cendana (Sandal wood Oil), Minyak Pala (Nutmeg Oil), Minyak Kayu Manis (Cinamon Oil), Minyak Kemukus (Cubeb Oil) dan Minyak Lada (Pepper Oil).
Pengambilan minyak atsiri dari tumbuh-tumbuhan dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1. Penyulingan menggunakan uap air (steam distillation)
2. Ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction)
3. Pengempaan Dari ketiga cara ini, penyulingan menggunakan uap air dan ekstraksi menggunakan pelarut merupakan dua cara terpenting.
Penyulingan menggunakan uap air merupakan cara pengambilan minyak yang tertua dan masih sering digunakan hingga kini. Peninggalan-peninggalan sejarah menunjukkan bahwa bangsa Mesir dan India kuno sudah mengenal alat penyulingan. Cara ini hanya sesuai untuk minyak-minyak tanaman yang tidak rusak oleh panas uap air.
Misalnya minyak mawar, kenanga, selasih, cempaka, cengkeh, nilam dan jahe. Ekstraksi menggunakan pelarut sesuai untuk mengambil minyak bunga yang kurang stabil dan dapat rusak oleh panas uap air. Pada ekstraksi ini bahan pelarut dialirkan secara berkesinambungan melalui serangkaian peralatan yang diisi bahan tumbuhan, dipanaskan menggunakan pemanas listrik sampai ekstraksi selesai.
Pengepresan dilakukan terutama untuk mengambil berbagai minyak buah jeruk. Minyak itu terkandung dalam daging buah dan kulit. Alat pengempaan sederhana sudah dikenal sejak dahulu kala. Di Indonesia, cara ini digunakan untuk memeras air tebu dan berbagai minyak nabati misalnya kacang tanah, kedelai, wijen, dan lain-lain.




1.      Tanaman Lada (Piper nigrum L.)
      Klasifikasi lada adalah sebagai berikut :
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
P. nigrum
Lada atau merica (Piper nigrum L.) adalah rempah-rempah berwujud bijian yang dihasilkan oleh tumbuhan dengan nama sama. Lada sangat penting dalam komponen masakan dunia dan dikenal luas sebagai komoditi perdagangan penting di Dunia Lama. Pada masa lampau harganya sangat tinggi sehingga menjadi salah satu pemicu penjelajahan orang Eropa ke Asia Timur untuk menguasai perdagangannya dan, dengan demikian, mengawali sejarah kolonisasi Afrika, Asia, dan Amerika.
Lada tergolong tumbuhan merambat. Daunnya berbentuk bulat telur, tunggal, bertangkai, letaknya berseling atau tersebar. Lada berbunga majemuk, berbentuk bulir, dan menggantung dengan panjang bulir 3,5 sampai 22 cm, terdapat pada ujung atau berhadapan dengan daun. Sedangkan bagian yang dipakai sebagai obat adalah buah.
Kandungan kimia dalam lada hitam adalah saponin, flavonoida, minyak atsiri, kavisin, resin, zat putih telur, amilum, piperine, piperiline, piperoleine, poperanine, piperonal, dihdrokarveol, kanyo-fillene oksida, kariptone, tran piocarrol, dan minyak lada. Sifat kimiawi lada adalah pedas dan beraroma sangat khas.
Di Indonesia, lada terutama dihasilkan di Pulau Bangka. Lada disebut sahang dalam bahasa Melayu Lokal seperti bahasa Banjar, Melayu Belitung, Melayu Sambas, dan lain-lain.
Lada (Piper nigrum L.) merupakan komoditas ekspor potensial di Indonesia. Pada tahun 2005 produksi lada Indonesia menduduki urutan kedua dunia setelah Vietnam. Lada menyumbang devisa negara terbesar keempat untuk komoditas perkebunan setelah minyak sawit, karet, dan kopi
Di antara keluarga rempah-rempah, lada hitam (Piper nigrum) atau black pepper adalah jenis rempah-rempah yang paling populer. Ditemukan pertama kali di Malabar, pantai barat India bagian Selatan sekitar 2000 tahun yang lalu. Kini lada banyak ditanam di wilayah Asia, terutama Malaysia dan Indonesia.
Lada hitam memiliki banyak khasiat. Di antaranya adalah untuk melancarkan menstruasi, meredakan serangan asma, meringankan gejala rematik, mengatasi perut kembung, serta menyembuhkan rasa sakit kepala.
Lada (Piper nigrum Linn atau pepper) yang oleh ibu rumah tangga sering disebut “merica”, merupakan salah satu komoditas unggulan bagi Indonesia. Secara ekonomi lada merupakan sumber pendapatan petani dan devisa negara non migas. Secara sosial merupakan komoditas tradisional yang telah dibudidayakan sejak lama dan aktivitas usahanya menjadi penyedia lapangan kerja yang cukup luas terutama di daerah sentra produksi.
Manfaat lada dalam rumah tangga sebagai bumbu penyedap rasa yang mengandung senyawa alkolid piperin, berasa pedas. Sedang manfaat untuk kesehatan, lada dapat melonggarkan saluran pernapasan dan melancarkan aliran darah di sekitar kepala. Oleh karena itu masakan yang berbumbu pedas merica cocok untuk penderita influenza, kepala pusing, perut kembung dan mual akibat masuk angin. Masakan yang menggunakan mrica dan cocok untuk kesehatan seperti saus steak, sup dan sebagainya.
Menurut jenisnya lada ada dua macam yaitu lada putih dan lada hitam. Lada putih adalah buah lada yang dipetik saat buah lada itu sudah matang. Lantas dikupas kulitnya dengan cara merendamnya dalam air mengalir selama dua minggu, kemudian dijemur selama tiga hari. Sedang lada hitam ialah buah lada yang saat dipetik sudah matang tapi kulitnya masih hijau, dan langsung di jemur selama tiga hari tanpa direndam terlebih dahulu.
Rempah-rempah telah luas dikenal gunanya sebagai pemberi cita rasa atau bumbu, disamping banyak digunakan untuk jamu tradisional. Sifat tersebut disebabkan kandunga zat aktif aromatis di dalamnya. Jika zat atau komponen aktif tersebut dipisahkan dengan cara diekstrak, baik dengan pelarut tertentu (misalnya etanol) mupun penyulingan (destilasi) hasilnya masing-masing dikenal dengan nama oleoresin atau minyak atsiri.
Pengolahan minyak atsiri lada antara lain destilasi,ekstraksi dan pengepresan. Penyulingan/ destilasi merupakan proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari dua macam campuran atau lebih dan berdasarkan perbedaan titik uapnya. Pada awal penyulingan, hasil sulingan sebagian besar terdiri dari komponen minyak yang bertitik didih rendah, selanjutnya disusul dengan komponen yang bertitik didih lebih tinggi dan pada saat mendekati akhir penyulingan, penambahan minyak yang tersuling akan berkurang (Ketaren, 1985; Guenther, 1987).
Metode destilasi merupakan unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal dari destilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton. Dimana Hukum Raoult mengatakan bahwa suatu zat menyumbangkan tekanan uap keseluruhan campuran.
Sesuai sifat minyak lada dan minyak atsiri lainnya yaitu mudah menguap pada suhu kamar, maka aspek pengkemasan harus diperhatikan. Minyak lada harus dikemas dalam botol-botol yang bersih dan kedap udara. Pemakaian botol yang berwarna gelap juga membantu mencegah kerusakan oksidatif, karena botol tersebut dapat mengurangi pengaruh sinar matahri. Dengan pengkemasan yang baik diharapkan kualitas (warna, bau) minyak dapat dipertahankan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar